mengarungi samudra waktu tak bertepi
gelisah aku dalam perahu nasib
gelap dan rahasia, tak terselami
aku tak tahu mengapa sampai di sini
terlunta sendirian menyiulkan tembang
o, alangkah rawannya hidup lelaki
begitu jauh mencari tempat pijak
[Toto ST Radik]
Balada Si Roy, bercerita tentang nilai nilai kelaki lakian, dibalut cerita manis getirnya kehidupan, persahabatan, ke-Tuhanan, dan pastinya gak terlewat, kisah mehe mehe tentang cinta. Balada Si Roy, dimana disetiap judulnya memiliki emosi tersendiri. Diibaratkan ruh, setiap judul memiliki ruh sendiri.
Adalah Roy, remaja abal2 yang bandel tapi gentle, urakan tapi tahu aturan, kasar tapi gak brutal, sosok sederhana tapi peka terhadap lingkungan sekitarnya. Remaja yang gelisah. Seorang laki laki. Seorang petualang.
Saya begitu meresapi kisah di buku ini,memacu adrenalin saya untuk terus mencoba menjadi seorang "lelaki". Dan menjadikan Roy sebagai role model imajiner saya [padahal waktu itu saya masi esempe!?!?!]. Yang ternyata setelah saya googling kemana mana, banyak juga yang terinspirasi seperti saya.
biarlah aku terus terlunta
di jalan-jalan asing berdebu
sendirian meraba arah hidupku
menghadapi pahit nyeri luka-luka
sebab langkah yang telah ditempuh
tak bisa ditawar dengan keluh!
[Totok ST Radik]
Beranjak SMA mendadak beli ransel berwara biru, sok heroik menghabiskan waktu di jalan, gerbong, masjid...nongkrong doang.... kemping tapi perlengkapan banyak benerr, naek gunung cuma pengen tau rasanya metik edelweis, pokonya berasa petualang beneran deh [tapi rame rame, sementara Roy...sendirian!]
Remaja Roy mengajari saya untuk melihat sekeliling, belajar mengenal hidup tanpa harus bergantung pada siapapun. Mengajari hidup sesungguhnya, menjadi pionir. Tidak untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri!
"Dunia adalah milik orang-orang pemberani!"
Remaja Roy juga mengajari saya bahwa menjadi lelaki bukan berarti harus sok jago, menganggap remeh orang lain melainkan menjadi berani! Berani untuk memilih, untuk memiliki, berani untuk berbuat dan mempertanggungjawabkannya. Berani untuk mencari, mendapatkan dan pada saat yang sama berani pula untuk kehilangan.
seperti kita yang berlari
waktu berpacu bersama angin
melindas tapak
membenamkan jejak, tak bermakna
seperti pelarian kita
[Asih Purwaningtyas]
Roy dengan ransel dan perjalanannya membuat saya bermimpi bahwa suatu saat harus bisa mengelilingi tempat-tempat indah di Indonesia. Beruntung saya, beberapa tempat telah saya singgahi, dengan ransel biru saya itu [seperti milik Roy pastinya!]
Dan ketika menulis postingan ini, pikiran saya kembali ke kisah kisah Remaja Roy, kenangan masa esempe saya, kangen jalan jalan, kangen kemping, kangen teman teman, kangen kampung halaman, kangen udara segar, kangen semuanya...
"jadi Roy..."
"...... Kapan kita bertualang lagi?"
[kilas balik - Episode 1 , Buku Pertama "Joe" ]
"Remaja Roy mengayuh sepeda balapnya pelan-pelan.
"Ayo, Joe!" seru Roy. Anjing herder itu menyalak kegirangan. Bulunya yang cokelat kehitaman berkilat. Gerak-geriknya melindungi majikannya dari bahaya.
Remaja Roy memang jadi pusat perhatian. Ke sekolah dengan sepeda balap dan anjing herder? Itu absurd. Sebuah objek sensasi. Lain waktu telinganya mendengar suara-suara centil, manja, genit, dan menggemaskan. Dia tahu itu untuknya . . . . . "
*beberapa bagian tulisan diatas saya kutip dari beberapa pendapat orang orang yang menggemari buku ini seperti saya...*
3 screams!:
wahhhh patut di cicipi kayaknya si Roy :p
boleh ikutan gak kalo berpetualang bersama roy? ha ha ha
MANTEP DEHH POKONYAAAA... :)
Zulhaq...
putlie
makasi udah mampir yaaaaa
:)
Post a Comment