Tuesday, June 1, 2010

Balada Si Roy!


Sketsa Masa
Mengenai tokoh fave saya semasa abege, semasa esempe, dari sebuah sudut sempit remang remang di ruang perpustakaan, diantara bertumpuk buku lama, dan disitu saya sering menghabiskan waktu istirahat saya untuk membaca Balada Si Roy (BSR) dan kemudian biasanya saya pinjam ke rumah.

Itu 15 tahun yang lalu, dan sekarang, belum seminggu saya menerima bundel 10 novel BSR beserta tanda tangan sang pengarang, Mas Gege (Gola Gong). Lebih mengejutkan lagi, ada sepenggal kata yang begitu membekas di benak saya, singkat saja... "Hujan, datanglah...", sederhana namun buat saya begitu bermakna, seolah mengetahui betapa saya selalu mengharapkan hujan, mengagumi peristiwa ciptaan tuhan tersebut.

Tidak hanya sampai disana, ada seulas kata komentar yang saya torehkan di fesbuk beliau ternyata tercetak dalam buku tersebut. Seperti menjadi bagian dalam penciptaan sejarah, menjadi bagian dalam karya fenomenalnya. Terbayang betapa dahsyat euforia yang saya rasakan ketika membacanya.


Sekilas Mengenai Roy
Remaja Roy, sosok petualang muda berjalan dari satu pojok kota, tertidur dari gerbong ke gerbong kereta, diantara desakan penuhnya penumpang bis kota,yang kenyang dengan pahit dan getirnya dunia, pedihnya luka dan seribu satu tanda tanya tentang jati dirinya, dan diluar semua itu, karakter Roy yang begitu Lelaki, mungkin telah menginspirasi sekian banyak pemuda di era tersebut, untuk menjadi pemuda bandel yang gak asal mengumbar keberanian, kenakalan tapi juga bertanggung jawab dan care terhadap lingkungan sekitarnya.

Dan saya belajar banyak mengenai tanggung jawab dari karakter ini, menjadi seseorang yang bisa diandalkan oleh keluarga, menjadi panutan bagi orang orang disekitar saya dan yang terpenting tidak sekedar asal bicara, berkata kata, namun juga mampu melakukan sesuatu.

Masih belajar, masih mencoba menjadi Roy yang begitu ideal, mungkin sekedar fiksi, namun nilai nilai yang coba di tanamkan oleh Mas Gege, menurut saya takkan lekang oleh waktu, berlaku di era manapun, menjadi lelaki, menjadi seseorang yang bertanggung jawab, menjadi pemimpin.


Terima Kasih
Mungkin sosok ideal tersebut belum sepenuhnya tercermin pada saya, belum juga sepenuhnya mampu saya aplikasikan dalam kehidupan nyata saya. Tapi rasanya saya memang harus mengucap terima kasih, minimal buat lembar lembar yang dahulu setia menemani saya, dikala termenung sendiri, di saat masih bingung mau apa, mau jadi apa kelak, ataupun sekedar pelipur lara, menemani malam malam yang sebagian besar saya lalui sendiri.
Memberikan terima kasih atas kenangan bagus yang saya dapat dari membaca kisah kisah tersebut, membangkitkan semangat buat mencontoh nilai nilai moral yang membuat saya berani dan bangga untuk berucap "Saya lelaki", hingga mungkin label lelaki ini tak lama lagi harus segera saya ganti menjadi..ehmmm... Ayah misalnya..hehehehe [aduh gak kuat..ngakak juga saya ^__^]

Anyway, akhirnya saya cuma berucap syukur telah diberikan sedikit kenangan dan pelajaran dari sekedar membaca Novel ini. Terima Kasih Roy!